Smile... and life will be easier living

Dry your crying eyes and keep smiling
Life will be easier living
And you will find me as the one saying
"I told you so!"*

Sungai tanpa riak bukan sungai... hidup tanpa masalah, bukan hidup... bahkan ia yang paling bahagia pun tahu apa itu derita... tapi dia si manusia yang paling bahagia adalah ia yang selalu menyadari akan mutlaknya masalah dalam hidup dan bersedia menghadapinya.

Tidak pernah terbayang sebelumnya, akhirnya harus mendengar kembali masalah-masalah dalam hidup seseorang yang membuat suara tercekat dan membuat menahan tangis. Saya memilih tidak memaparkan benar dan salah dalam tulisan ini, dengan banyak pertimbangan bahwa, benar dan salah dalam keabsahannya hanyalah milik hukum (yang kadang juga serba salah) dan milik-Nya (Yang Khalik).

Tulisan ini adalah sebatas perenungan panjang akan satu saja kepingan kehidupan, yang saya harap tidak hanya mengkayakan saya...namun juga mereka yang membaca.

Hidup dalam setiap rentangnya selalu memiliki masalah... sejak kita terlahir ke dunia dan menghirup oksigen pertama kali... hidup kita sudah dipenuhi dengan beragam masalah. Masalah paling dulu yang dihadapi bayi baru lahir adalah kemampuannya beradaptasi dengan dunia barunya... perbedaan suhu di dunia dengan di dalam rahim dan lindungan air ketuban ibu kita... masalah kemampuan anak untuk bernafas dengan hidungnya sendiri... interaksi dengan cahaya luar yang selama ini temaram di dalam sana... hingga bergumul dalam udara yang dipenuhi dengan polusi... makan (minum asi/susu) dengan usahanya sendiri... Tapi semua terbayar ketika selaput di mata hilang, terlihat bayangan berwajah penuh senyum yang ramah... wajah Ibu/ Mama/ Mami/Bunda/Ummi.

Ketika beranjak sedikit lebih besar, ia harus berurusan dengan masalah makan... betapa sulitnya mengunyah... mengenal dot... mengenal sedotan... dan menggunakan teknologi anak-anak lainnya. Ia juga harus berusaha berdiri, walaupun kerap jatuh dan menangis... dari berdiri, berjalan, hingga berlari... semua dilalui dengan masa-masa jatuh yang tidak menyenangkan. Tapi semua terbayar ketika setiap kali tersungkur dan menangis... ketika kita berhasil lari jauh tanpa jatuh... ada senyum bangga Bapak/Papa/Papi/Ayah/Abah di depan kita.

Ketika masuk sekolah pertama kali... betapa anak-anak membutuhkan waktu untuk bisa berinteraksi dengan dunia baru dan teman. Betapa ia sedih ketika temannya merebut mainannya, mendiamkannya, memusuhinya... betapa ia kesulitan dengan PR dan pelajaran sekolah yang tidak dimengertinya... betapa sulitnya menyatukan A-P-E-L menjadi satu kata bermakna buah kesukaannya. Betapa sulitnya menyadari bahwa 1+1 samadengan 2. Semua terbayar indah ketika ia jatuh, ada tangan-tangan kecil lain yang membantunya berdiri, ada teman yang sama-sama tertawa ketika nilai ulangan sama-sama merah, ada teman yang bisa diajak belajar bersama, main bersama, jahil bersama... hingga dihukum bersama. 

Ketika beranjak remaja, ia tersakiti oleh orang yang katanya sayang padanya... pacar pertamanya yang pindah sekolah, pacar yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar, menghindar... bahkan tiba-tiba jadian dengan sahabatnya. Si remaja menangis... mengumpat... berkeluh kesah... Diiringi kegelisahannya dalam mencari perguruan tinggi demi mendapatkan satu langkah maju menuju cita--cita. Bayangkan bila ia gagal di ujian masuk... bila ia tak diterima di sekolah impiannya... tapi semua terbayar lunas ketika orang-orang terdekatnya hadir dalam wisudanya... pacarnya yang setia berfoto bersama di sampingnya ketika ia mengenakan toga... semua dengan senyum bangga.  

Ketika pekerjaan sulit dicari... lagi-lagi ia mengalami masa sulit... ketika pekerjaan sudah didapat, ia sadar bahwa ada teman dan ada sahabat, dan juga ada orang-orang yang hanya memanfaatkannya. Masa dewasa adalah masa yang kompleks dengan masalah... seolah masalah ada di setiap aspek kehidupan. Salah satunya soal cinta... betapa sulitnya menemukan kekasih merangkap sahabat sejati yang menerima segala aspek masalah tadi. Tapi semua terbayar lunas ketika atasan kita berkata "great job!" seraya tersenyum menjabat tangan kita. Semakin lengkap ketika di samping kita duduk bersila seorang pria yang mengucapkan ijab dan janji nikah dengan lantang di antara senyumnya... atau wajah senyum, merah merona wanita yang dalam waktu singkat akan naik pangkat menjadi istri.

Kehidupan pernikahan juga bukan masalah mudah dalam hidup... tidak ada yang bilang itu mudah... ketika dua kepala jadi satu... tumpukan ego dan emosi kerap bernaung di satu atap... dan materi kadang jadi masalah. Belum lagi urusan dengan dunia luar... iri... cemburu... suka... benci... adalah bedil tersembunyi yang disimpan baik-baik. Dalam masa ini semua hal bisa jadi adalah "serial killer". Tapi semua hal akan hilang ketika setalah perkelahian dan luapan marah tertumpah... semua keluh kesah didengar... dan yang kita dapati adalah suami/istri kita tersenyum puas... tertawa keras, mengolok-olok kebodohan bersama... karena tidak mau saling mengerti... tidak mau saling menerima... tidak mau seimbang...

Tersenyum lah untuk suami atau istrimu... perlakukan dia selaiknya sahabat, kekasih, ibu/ayah, cinta terbaik dalam hidupmu... dan ia akan berlaku sama. Lingkaran itulah cinta sejati... cinta yang memberi dan menerima. Dan hingga saatnya tiba, tidak ada yang lebih berharga daripada senyum dan kebahagiaan suami/istri dan anak-anak yang menanti di rumah.

Tersenyumlah untuk orang-orang di sekitar... orang-orang baik, bahkan yang kita benci akan luruh dengan senyum ikhlas. Hanya ini hadiah terbaik yang bisa diberikan kepada siapa saja, termasuk diri sendiri. Terimalah setiap masalah dengan kemarahan dan airmata, namun akhiri dengan senyum karena semua akan menjadi jauh lebih baik.


We all have people in our lives. Some of them are good. Some or them are bad. But they shape us. That's why you're here right now. (Derek Morga-Criminal Minds)

*Dipetik dari buku kumpulan puisi milik Kakak tercinta yang teronggok di rak buku, ikut tergerus masa bersama dengan kertas yang semakin mencoklat :D

Komentar

Postingan Populer