Rayuan Iklan dan Persuasinya pada Anak

Bagi kebanyakan anak-anak, iklan mungkin terlihat lebih menawan daripada acara TV yang biasa disaksikannya, bahkan bisa jadi lebih keren daripada “Dora The Explorer”, “SpongeBob”, dan tayangan favorit lainnya.

Setidaknya begitulah bagi Billa (3 tahun) yang selalu menuntut dibelikan paket makanan berhadiah mainan dari sebuah restoran cepat saji, setiap kali iklannya tampil di layar kaca. Ia juga rela berganti merk bedak dan sabun mandinya, ketika iklan menunjukkan bahwa sebuah produk bedak menampilkan iklan dan memasang karakter SpongeBob di iklan dan label bedaknya.

Seorang sahabat berkisah tentang puteranya yang belum genap berusia dua tahun, Arya, yang selalu memamerkan mainan hadiah dari sebuah produk daging olahan setiap kali iklan produk tersebut tampil di TV. Bukan hanya itu, tiap kali ada iklan makanan dan minuman yang menarik perhatiannya, ia tak segan langung meminta pada ibunya. “Mau tu, bu,” katanya.

Bukan hanya itu, anak-anak yang lebih kecil pun kerap kali begitu terpana pada tampilan iklan. Nadine (17 bulan) bahkan selalu berjoget dan menatap lekat setiap kali iklan sebuah produk pembersih lantai dan susu pertumbuhan mampir di layar kaca.

Iklan memang diciptakan sangat menarik, terutama bagi anak-anak. Bukan hanya tampilannya yang dibuat sangat indah, sangat mempesona, dan sangat menggoda… melebihi kenyataannya. Iklan juga biasanya diperkuat dengan jingle dan kata-kata yang “ramah” di telinga, bahkan sangat mudah dihapal. Inti dari semua itu, tentu saja iklan diciptakan untuk merayu penonton hingga akhirnya membeli produk yang ditawarkan.


Lebih banyak iklan di TV

Acara-acara TV komersial yang kita saksikan hanyalah “umpan” untuk mendekatkan kita pada iklan.
(Milton Chen, ‘Anak-anak dan Televisi’)

Pengamatan YPMA (2010) menemukan  bahwa terdapat lebih dari 30 sisipan iklan produk dalam sebuah tayangan anak yang panjangnya 30 menit. Jadi dalam tayangan anak sepanjang 30 menit, hanya sekitar 20 menit yang berisi program sebenarnya, 10 menit sisanya adalah iklan.

Semakin populer sebuah acara, maka semakin berderet iklan yang ditampilkan. Contohnya pada program-program favorit anak semacam Naruto dan SpongeBob. Uniknya, anak-anak bahkan tidak menyadari bahwa mereka sedang menonton iklan, karena iklan es krim yang ditontonnya menampilkan sosok sang tokoh kartun favoritnya.

Pada anak-anak yang lebih besar atau para remaja perempuan, godaan iklan semakin berlimpah. Sebut saja iklan produk kecantikan yang berseliweran tiada hentinya yang menciptakan imaji kecantikan duniawi yang lekat dengan imaji wanita berkulit putih, amat langsing, dan berambut hitam, lurus, dan berkilau.

Bahkan saat ini TV kita juga banyak dihiasi dengan tayangan infomercial, yang secara keseluruhan berisi gabungan antara informasim dan iklan! Dengan demikian sangat sulit membedakan mana yang informasi, mana yang iklan.

Anak-anak adalah sosok yang paling mudah dirayu oleh iklan, dan pemasang iklan sangat menyadari hal itu.

Sadarkah Anda, bahwa anak adalah sosok yang paling bekerja keras untuk keberhasilan para pemasang iklan. Anak-anak bisa jadi merupakan penentu atau paling tidak pendorong apa yang Anda beli atau tidak di supermarket. Mereka akan merengek, memohon Anda untuk membelikannya apa yang dilihatnya di TV. Bisa jadi, mereka pula yang menentukan kemana Anda dan keluarga makan bersama di hari libur, berkat referensi restoran baru yang dilihatnya di TV.

Coba perhatikan beberapa hal seperti pakaian, tas, hingga kotak makan anak Anda. Apakah mereka selalu menuntut dibelikan perlengkapan bergambar tokoh favoritnya? Atau justru Anda atau orang dewasa di sekitarnya yang terobsesi membelikan anak-anak perlengkapan dengan merk tertentu atau dengan karakter tertentu?

Yah, iklan sedikit banyak menyumbang sifat konsumtif, tidak hanya pada orang dewasa, tapi juga anak-anak. Bila hal ini dibiarkan, anak-anak juga dapat tumbuh sebagai anak-anak yang berpandangan materialistik. Pandangan demikian membuat anak-anak menjadikan kepemilikan barang sebagai dasar untuk menilai orang lain dan diri sendiri. 

Iklan di TV sangat mempengaruhi apa yang dimakan oleh anak-anak berusia di bawah 12 tahun (The Institute of Medicine)

Iklan yang paling banyak berserakan di TV kita adalah iklan produk makanan. Hal ini tentu membawa masalah tersendiri karena pada kenyataannya, produk makanan yang diiklankan di TV saat ini sebagian besar adalah makanan tidak sehat yang tidak mengandung sayuran/serat, kurang muatan gizi, makanan cepat saji, berbagai cemilan dengan kandungan garam, lemak, dan MSG yang tinggi, dan lain-lain. Padahal, iklan makanan biasanya diselipkan pada program anak dan mengundang keinginan anak-anak.

Bayangkan, bila berbagai penelitian menunjukkan bahwa menonton TV dalam jumlah banyak dapat menimbulkan masalah obesitas apabila diiringi dengan kegiatan makan dan mengemil, maka masalahnya akan berlipat ganda apabila makanan yang dikonsumsi adalah makanan dengan nilai gizi yang buruk.

Lalu Apa yang Dapat Dilakukan Orangtua?

Berikut adalah beberapa tips yang bisa dilakukan orangtua untuk meminimalisir dampak iklan tersebut.
J Bisukan iklannya. Iklan akan kehilangan sebagaian pesonanya bila tidak dibarengi suara. Ajak anak-anak menekan tombol “mute” di remote control ketika iklan dimulai. Jadikan ini sebuah kebiasaan yang baik, hingga anak-anak mau melakukannya sendiri, tanpa perintah dari Anda;
J Jadi kritikus iklan yuk! Ajak anak untuk memandang iklan dengan lebih kritis. Caranya, dengan pembicaraan sederhana, ajarkan anak-anak untuk “membaca” dan “mengkritik” iklan. Ajak mereka menilai sendiri, apakah iklan yang mereka lihat masuk akal, berlebihan atau tidak, kemudian apa fungsi musik di iklan tersebut, dan kepada siapa sebenarnya iklan ditujukan, dan sebagainya. Jadikan kegiatan ini sebagai kegiatan menyenangkan yang bisa Anda lakukan bersama anak Anda.
J Beri mereka jawaban logis yang memungkinkan mereka membongkar jurus-jurus periklanan. Rambut hitam, lurus, dan berkilau di iklan sampoo adalah efek kamera karena highlight ungu di rambut sang model. Mengapa susu yang mengalir ke dalam gelas terlihat sangat menggiurkan dan kental, dan berbagai contoh lainnya.
J Menginformasikan pada anak tentang tujuan iklan juga terbukti dapat membuat anak tidak mudah percaya begitu saja pada iklan. Mereka jadi menyadari bahwa iklan sering kali memang melebih-lebihkan hingga kelihatan lebih menarik. Para pemain dibayar untuk berakting di depan kamera, serta iklan dipakai untuk membujuk mereka membeli produk tertentu. 
J Bagaimanapun, orangtua lah yang akhirnya memutuskan apakah Anda akan membelikan barang apa yang dilihat dan diinginkan anak di TV. Memberikan pemahaman mengenai barang-barang mana yang memang dibutuhkan dan mana yang tidak dibutuhkan bisa mulai diterapkan sejak dini. Tidak mengabulkan apapun yang anak inginkan dan selalu mengabulkan apa yang anak minta, sama-sama memberikan dampak buruk bagi anak. Memenuhi semua yang anak-anak minta berarti memanjakannya, selalu menolak permintaan mereka  membuat anak-anak merasa ditolak.

*Selengkapnya dapat dibaca di Panduan Kidia (Feb-April 2010), YPMA atau di http://www.kidia.org/

Komentar

Postingan Populer