[Falling...] in Love
(If Only)
Dua malam yang lalu seorang sahabat berkisah melalui corong telpon, memecahkan malam sekaligus kantuk.
Banyak yang dia kisahkan padaku dengan suara sangau dan nada yang agak lirih. Namun, aku suka dengan sepotong kata yang ia sempat sampaikan kepada seorang pria yang pernah mengisi hatinya (walau hanya sekejap).
Ketika kita dihadapkan pada sebuah kenyataan bahwa manusia mendewasakan diri dengan anggunnya, maka ia berlahan menyadari bahwa JATUH CINTA punya beragam makna.
Proses pendewasaan yang membuat kita berlahan menjauhi pemaknaan ABG tentang jatuh cinta sebagai sebuah kisah bak terbang di awang-awang, tidak menapak ke tanah, dan menghiasi hari dengan jutaan kuntum bunga.
Mendekati kenyataan bahwa JATUH CINTA juga punya dua konotasi yang bersimpangan. Sakit dan senang, kegembiraan dan kepedihan. Jatuh dalam kesendiriannya terkait dengan rasa sakit, malu, dan sedih. Sedangkan Cinta dalam kesendiriannya bersahabat dengan kegembiraan dan rasa sayang. Dua makna yang berbeda dilebur jadi satu.
Pendewasaan diri mengajarkan kita untuk menerima kedua bentuk persimpangan itu dengan lapang dada. Berani mencintai, berarti juga berani merasakan kesedihan dan penderitaan dalam kadar yang sama. Semakin besar cinta, semakin besar pula kejatuhan (baca: kesedihan) yang akan dirasakan.
Well, sahabatku… Berbanggalah untuk bisa menyadari dan menerima semua itu dengan tangan terbuka, karena fisik yang dewasa tidak selalu membawa serta mentalnya.
Semua ini jauh lebih mudah dan lebih baik bagimu untuk diawali dan sekaligus diakhiri sedini mungkin. Karena bagaikan naik ke tangga, semakin tinggi melangkah semakin sakit pula jatuhnya. Lagipula ada banyak hal yang bisa disyukuri dari semua ini, bahwa cobaan ini telah memberikanmu sebuah hadian berharga… kedewasaan & pemahaman.
The way to love anything is: to realize that it might be lost…
Komentar
Posting Komentar