See Through PRISON
Tempat itu tidak semuram dugaanku. Tidak juga sekeras & semenyeramkan seperti yang ada di bayanganku, juga sama sekali tidak mirip dengan imaji yang digambarkan di TV.
Aku bicara banyak dengan para penjaga, bercanda, bertanya, berdiskusi, sampai mendengarkan curahan hati mereka tentang profesi yang dijalani.
Mereka bukan sosok-sosok yang digambarkan oleh media selama ini. Pemaknaan ’sipir’ jadi sangat manusiawi di tangan mereka. Mengomel seperti orangtua kandung, bercanda laik teman, mengulurkan tangan laikk sahabat, memeluk seperti saudara. Kesehatan, kebahagiaan, kekuatan para napi bagaikan awan segar yang mereka coba jaga.
Hari itu ada salah satu napinya yang keluar, mereka menjabat tangannya erat, beberapa malah memeluknya dengan hangat, membisikkan do’a & rangkaian pesan agar sesekali berkunjung, namun jangan sampai berbuat kesalahan yang sama hingga harus kembali masuk ke sel kelabu itu. Ucapan, "pasti kangen ketemu lagi" beberapa kali terucap dari semua orang yang ditemui. Lambaian sekuat tenaga dan air mata yang menitik jatuh tampak dari teman-teman yang kebetulan masih harus lebih lama berada di balik sel.
Tempat itu bersahabat, yang membedakan hanya sebuah terali besi yang memisahkan mereka dari dunia luar. Tapi di dalam sini, mereka juga manusia biasa. Di sana mereka belajar, beribadah, bekerja, dan saling mendukung. Dunia mereka hanya dipersempit sejenak, membayar sebagian dari kesalahan dunia, dan mencoba menjadi manusia yang lebih baik, hingga mereka siap kembali ke dunia sebenarnya. Menghirup udara kebebasan dengan tawakal & rasa tanggung jawab yang lebih kental, menciptakan kehidupan yang lebih baik, dan bahagia laiknya orang lain.
"Di sini mereka mempertanggungjawabkan segala kesalahan yang mereka perbuat sebelumnya. Sungguh suatu tindakan terhormat menyelesaikannya sampai akhir, & ketika mereka sudah keluar, mereka bukan lagi pesakitan. Mereka sudah bertanggung jawab, dan kini adalah saat yang tepat bagi mereka untuk bangkit dan berjalan maju ke depan dengan semua pembelajaran & kenangan yang mereka peroleh dari para sipir baik hati di dalam sana."
Mungkin itu yang ingin disampaikan sipir yang berdiri di hadapanku. Bila ia yang berurusan dengan para pesakitan saja mengerti & menerima keberadaan mereka dengan ikhlas, serta memaafkan, bahkan membingkiskan doa… kenapa kita tidak?
Komentar
Posting Komentar