DIA: teman, kekasih, sahabat, dan suamiku...
[I believe in us - nothin' else could ever mean so much- You're the one I trust
Our time has come - we're not two people
Now - we are one - ya you're second to none
Waktu berderik menjalar menuju pagi... dan mataku masih saja terbuka lebar.
Masih saja terpekur di ruang kerja, ditemani sebungkus yoghurt dingin, laptop hitamku yang setia, dan playlist MP3 yang hanya berisi tiga nama Bryan Adams, Coldplay, serta Yovie & Nuno yang sejak tadi masing-masing hanya menyanyikan satu lagu yang sama terus.
Hatiku masih saja miris mengenang apa yang baru terjadi.
Jadi kubiarkan jari-jemariku berlarian di atas Tos***a hitamku. Membiarkan otakku bergerilya di antara gumpalan perasaan yang ingin tercurah bebas.
Jaringan internet sudah kubiarkan mati sejak beberapa jam yang lalu. Tidak ingin terganggu dengan hasrat ingin bicara dengan seseorang, atau sekedar merekoleksi keadaan dengan mengintip kehidupan seseorang melalui situs jejaring sosial.
Bryan Adams masih saja menyanyikan lagu favoritku, I'll Always Be Right There...
Kutangkap setiap inci liriknya dengan alam bawah sadarku, membiarkan ia memparsialkan diri dari otakku yang tengah sibuk sendiri dengan dunia non-verbalnya.]
"Kasih,
Kau adalah teman, sahabat, kekasih, dan suamiku...
Kau adalah kepingan yang melengkapi hidupku dengan indah... dengan paket lengkap yang kau bawa serta bersama dengan semua posisimu dalam hidupku.
Di saat kubutuhkan seseorang untuk sekedar berjalan-jalan dan nonton bioskop sambil saling meledek, kau ada sebagai temanku yang paling konyol... sekaligus peledek paling keji yang ada di dunia.
Saat hatiku meradang dan kubutuhkan sosok yang bisa "listening... not only hearing"... you'r there... right beside me. Dengan sabar kau mendengarkan, memahami, menepuk bahuku, dan memberikan solusi terbaik dan yang termudah untuk dilakukan. Di antara banyaknya sahabat terbaik yang Ia persembahkan bagiku... mungkin kau adalah salah satu yang selalu ada.
Kau kekasihku, bersamamu kurasakan cemburu, degap-degup hati yang tak sempurna... perasaan naik turun... keinginan untuk memiliki secara utuh. Kecupan-kecupan kecil yang selalu sejenak menghentikan kinerja jantung... berbalas sms sayang dan cinta, seolah kata hanya monopoli kita.
Dan yang terbaik dalam semua hal itu, kau adalah suamiku... Love of my life... Bersamamu kubagi apapun yang ada di hidupku... cintaku, kasihku, gegap, gempita, susah, senang, tawa, air mata... dalam berbagai keterbatasan yang kerap menyesakkan dada.
Kasih,
Bagaimana bisa kukatakan padamu...
Sulit memalingkan hatiku darimu... karena hidupku sudah demikian lengkap dengan keberadaanmu...
Dan yang kucari sesungguhnya bukan hal yang tampak kasat mata...
Bukan wajah rupawan seperti ksatria berkuda putih yang menyanyikan lagu pujian dari bawah kastil...
Juga bukan mobil mewah yang kau bawa bersama dompet sarat dengan uang dan kartu kredit tanpa limit.
Aku juga tidak berharap lagi bahwa akan mendapatkan secarik kertas berisi puisi di bawah bantalku... kusadar kau maha tidak romantis.
Cintaku dan harapanku adalah sebuah kisah yang tidak berakhir detik ini dalam hidup ini...
Tidak ingin kuringkas setiap kisahnya... bahkan dalam sebuah novel tanpa batas lembar.
Ingin kudampingi kau, hingga sisa waktuku... dan bila itu tak cukup... akan kuisi hidupmu dengan semua warna yang bisa kukumpulkan sekuat tenaga dalam hidupku.
Kembali lagi... bahwa semua dalam segala keterbatasanku, akan kuupayakan yang terbaik yang kumampu.
Kasih,
Bila suatu saat... kecemburuan melanda dalam hidup kita...
Kuingin kau yakin bahwa cinta memang butuh panas dan pedasnya lada... sepenting sejumput garam dalam semangkok sup ayam panas yang menyegarkan.
Ia memang tak boleh terlalu dominan... karena kembali lagi kita hanya manusia yang maha terbatas...
Percaya saja dengan apa yang kita miliki... percaya dengan cinta yang kita punya... percaya bahwa ia takkan terganti...
Setelahnya, biarkan cemburu dan rasa ingin jadi bumbu penyedap yang menyemarakkan indahnya semua ini...
[Yovie dan Nuno melantunkan lagu yang tengah begitu kusuka...ingin kunyanyikan untukmu... melalui hatiku... karena kau tahu suaraku sama parau dengan gelegar guntur di tengah badai...
Andaikan saja kau tahu, aku takkan mudah berubah.
Aku kan bertahan, selalu bertahan... sampai waktu memanggilku.
Aku memang manusia biasa, yang tak sempurna dan kadang salah.
Namun dihatiku hanya satu, cinta untukmu... luar biasa. ]
Kasih
apabila suatu hari kudapati kau terluka karena cinta kita tidak berjalan semanis dan seindah mimpi dan harapan...
Kumau kau tetap sadar, bahwa tidak ada cinta yang sempurna... kita lah yang harus menyempurnakannya (kembali) dalam saratnya keterbatasan kita.
Cinta tidak mengikat, kita lah yang mengikatkan diri...
[Kuhembuskan nafas sejenak, meregangkan tubuh... berhenti memainkan jariku. Diam sejenak. Kutekan mouseku, meng-klik tombol SAVE AS: "Akan kuberikan suatu saat_di saat yang tepat". Kubunuh secara lembut laptop setiaku, menutupnya dengan kasih... menghentikan semua aliran kehidupannya...
Berjalan ke pantry, membuat sebotol susu untuk puteri kecilku.
Mematikan semua lampu yang masih menyala... semata demi sedikit bersahabat pada dunia.
Meletakkan susu di meja kecil, masuk ke toilet, membasuh wajah dan tubuh, lalu menutup hari dengan menghadap kepada-Nya. Tuhan... tolong lindungi ia yang kucinta dengan cara terbaik yang Kau mampu.]
Komentar
Posting Komentar