Menyisakan Ruang untuk Tersenyum dengan Tulus
Hari ini melelahkan...
Rasanya sulit sekali mencari waktu untuk berekspresi gembira, selain wajah formal yang harus ditampilkan demi kepentingan pekerjaan.
Kaki juga mulai kaku karena terlalu sering terpapar macetnya Jakarta.
Sepanjang jalan yang dilalui sendiri setelah bejibaku dengan pekerjaan seperti lorong panjang yang tidak ada habisnya.
Rasanya ingin sekali menekan tuas gas, dan melupakan bahwa ada fungsi rem di sebelahnya... agar bisa melompat langsung ke rumah dan bersua dengan bidadari kecil yang akan berlarian ke depan pintu sambil berteriak "Mama... big hug!"
Tapi tidak bisa...
Ada kesendirian menggelintir di antara sejuknya udara sore...
Bahkan ketika ColdPlay dan Our Lady Peace berteriak-teriak menaungi mobil.
Berusaha menikmati kesendirian itu, sambil terus mengusahakan pikiran positif.
Meningkatkan kualitas hidup dengan menyuarakan hati seraya bernyanyi kecil.
Sontak kemacetan memburuk di pojokan Pasar Gembrong...
Ahh, Minggu sore di pasar mainan... Seharusnya sudah kuduga.
Aku hanya terpekur menyesali pilihan melalui jalan itu. Sekaligus berusaha menikmati konsekwensi dari sebuah pilihan yang telah kubuat.
Motor-motor diparkir hampir memakan 1/2 badan jalan... belum lagi pejalan kaki yang kesulitan menembus lalu-lalang manusia, sekaligus gerombolan motor lain yang masih berusaha mencari tempat untuk memarkirkan kendaraannya.
Ah! Belum lagi mobil yang berjalan sangat lambat karena sembari mencari parkir.
Astaga! Kalau motor saja susah mendapat parkir, yah... hanya keajaiban mobil bisa dapat.
Aku menghela nafas, berusaha memompa kesabaran. Kembali bernyanyi kecil.
Sudah hampir 15 menit dan mobilku hanya bergerak kurang dari 5 meter.
Kuregangkan tubuh... dan akhirnya memilih pasrah.
Kugulirkan pandangan keluar, dan mendapati pemandangan indah yang tak kuduga.
Anak laki-laki melompat-lompat kegirangan sambil sekuat tenaga menggotong kotak bergambar miniatur helikopter yang besarnya hampir sama dengan besar tubuhnya. Sang Ibu menatapnya cemas, menarik salah satu ujung kotak dan membantu putra ciliknya, yang masih belum kehilangan keriangannya.
Di tempat berbeda, seorang gadis kecil menggamit baju Ibunya, menunjuk sebuah boneka kodok berwarna hijau terang, tepat di atas kepalanya. Sang Ibu berusaha menurunkan boneka itu, memberikan pada putri cantiknya, berjibaku dengan sang pedagang sejenak, memberikan beberapa lembar uang, dan tersenyum sekilas sembari memandang putrinya yang puas.
Di antara deretan parkiran motor, seorang anak berusaha menembus kerumunan manusia seraya menarik-narik frustasi Ayah-Ibunya yang berusaha berjalan secepat mungkin demi memenuhi keinginan putranya. Terbayang dalam benakku, dia ingin meminta sebuah mainan yang sudah ia impikan sejak lama... sehingga rela menyeret kedua orangtuanya menembus keramaian pasar.
Aku tersenyum sekilas... bersyukur... diberi kesempatan untuk melihat pemandangan indah itu.
Akhirnya kemacetan berakhir, seiring makin menjauh dari Pasar Gembrong.
Mendekati Cipinang Indah, lagi-lagi mobil-mobil berjalan melambat...
Dari kejauhan tampak layang-layang bertebaran di antara awan.
Aku tertarik untuk menepi ke salah satu pos Banjir Kanal Timur di dekat Perumahan Cipinang Indah.
Menatap festival layang-layang kecil-kecilan tersebut dari pos parkir mobil. Sekedar untuk meregangkan kaki yang pegal.
Banyak keluarga berkumpul di sana... banyak juga muda-mudi yang bergandengan tangan... semua serentak menghadap ke langit, menatap barisan layang-layang yang terbang dalam ketinggian yang berbeda-beda.
Senyum-senyum tersungging menatapnya... bahkan ketika sebuah layang-layang berlahan menukik turun...entah karena apa.
Aku kembali tersenyum... tulus... menatap keriangan di hadapanku.
Kurasa... manusia memang selalu butuh ruang untuk membiarkan bibir kita tersungging dan melemparkan senyum tulus.
Entah apa khasiatnya... tapi nyata... senyum-senyum anak-anak dan orangtuanya di Pasar, senyum keluarga dan muda-mudi yang menatap layang-layang menular padaku.
Menghilangkan kepenatan, menghilangkan gundah, memberikan cara yang mudah untuk menerima dan mengikhlaskan keadaan.
Kita cuma hanya perlu mencari cara dan membuka mata untuk menyadari bahwa ada begitu banyak senyum ceria di sana yang bisa ditularkan kepada hati yang tengah bersungut sekali pun.
Yah, akan selalu kusediakan ruang untuk menyunggingkan senyum setiap hari dalam hidupku... mulai hari ini.
[Minggu sore yang luar biasa]
[Kelelahan dan gundah itu hanya monopoli pikiran dan hati... kerinduan dan ketulusan adalah pondasi untuk maju dan melenyapkannya]
Komentar
Posting Komentar