Perahu Kertas by Dee
Keenan dan Kugy sama sekali bukan manusia yang serupa.
Tapi juga tidak juga terlalu berbeda.
Keenan dan dunia lukisannya yang artistik...
Kugy dengan dongengnya yang imajinatif...
Dalam karya dan tribute kepada anak-anak Pasukan Sekola Alit dan sang Jendral Pilik, mereka bertemu di satu kanvas. Dongeng itu bermertamorfosa dalam lukisan, dan lukisan itu bercerita melalui kata.
Keenan dan Kugy sama-sama menyadari bahwa cinta pada pandangan pertama sejatinya mungkin saja... atau mungkin saja adalah produk panjang dari pengenalan dan pemahaman mengenai mimpi masing-masing. Namun selalu saja ada seseorang... atau dua di antara mereka... Ojos dan Wanda, hingga Remi dan Luhde...
Dan cinta mereka selalu terhalang karena keduanya sama-sama mengingkari radar Neptunusnya, dan berhenti berkirim harapan melalui perahu kertas.
Bahkan ketika mereka akhirnya sama-sama dipertemukan dalam kesadaran penuh bahwa mereka saling mencintai... satu-satunya rasa yang mereka miliki dikultuskan dalam:
"Di tempat yang sama, Kugy menangis bisu. Ia berjanji inilah tangisan terakhirnya untuk Keenan, sekaligus tangisan yang paling menyakitkan. Ia bahagia sekaligus patah hati pada saat yang bersamaan. Saat ia tahu dan diyakinkan bahwa mereka saling mencintai, dan selamanya pula mereka tidak mungkin bersama"
(pg. 300)
Remi:
"Kalau nggak begini, saya akan selalu meminta kamu untuk mencintai saya, Gy. Semua yang kamu lakukan adalah karena saya meminta. Carilah orang yang nggak perlu meminta apa-apa tapi kamu mau memberikan segala-galanya" (pg. 427)
Luhde:
"Saya, ingin melepas Keenan pergi. Sebelum kita berdua berontak dan saling benci. Atau bersama-sama cuma karena menghargai."
Sebuah pahatan kayu sebesar genggaman tangan ia selipkan kembali ke genggaman sang pembuatnya. Pahatan berbentuk hati dengan relief gelombang air. Sesuatu yang pernah ia begitu dambakan, sesuatu yang pernah ia minta dan akhirnya diberikan. Namun, Luhde sadar kini, yang bisa ia miliki hanyalah pahatan kayu berbentuk hati. Bukan hati yang sebenarnya. Sementara yang sesungguhnya ia damba bukanlah pahatan itu, melainkan sesuatu yang tidak pernah bisa ia miliki seutuhnya.
"Hati tidak pernah memilih. Hati dipilih. Jadi, kalau Keenan bilang, Keenan telah memilih saya, selamanya Keenan tidak akan pernah tulus mencintai saya. Karena hati tidak perlu memilih. Ia akan selalu tahu ke mana harus berlabuh." (pg. 429-430)
I hope u all enjoy this book... nice and easy book.
Best...
Tapi juga tidak juga terlalu berbeda.
Keenan dan dunia lukisannya yang artistik...
Kugy dengan dongengnya yang imajinatif...
Dalam karya dan tribute kepada anak-anak Pasukan Sekola Alit dan sang Jendral Pilik, mereka bertemu di satu kanvas. Dongeng itu bermertamorfosa dalam lukisan, dan lukisan itu bercerita melalui kata.
Keenan dan Kugy sama-sama menyadari bahwa cinta pada pandangan pertama sejatinya mungkin saja... atau mungkin saja adalah produk panjang dari pengenalan dan pemahaman mengenai mimpi masing-masing. Namun selalu saja ada seseorang... atau dua di antara mereka... Ojos dan Wanda, hingga Remi dan Luhde...
Dan cinta mereka selalu terhalang karena keduanya sama-sama mengingkari radar Neptunusnya, dan berhenti berkirim harapan melalui perahu kertas.
Bahkan ketika mereka akhirnya sama-sama dipertemukan dalam kesadaran penuh bahwa mereka saling mencintai... satu-satunya rasa yang mereka miliki dikultuskan dalam:
"Di tempat yang sama, Kugy menangis bisu. Ia berjanji inilah tangisan terakhirnya untuk Keenan, sekaligus tangisan yang paling menyakitkan. Ia bahagia sekaligus patah hati pada saat yang bersamaan. Saat ia tahu dan diyakinkan bahwa mereka saling mencintai, dan selamanya pula mereka tidak mungkin bersama"
(pg. 300)
Remi:
"Kalau nggak begini, saya akan selalu meminta kamu untuk mencintai saya, Gy. Semua yang kamu lakukan adalah karena saya meminta. Carilah orang yang nggak perlu meminta apa-apa tapi kamu mau memberikan segala-galanya" (pg. 427)
Luhde:
"Saya, ingin melepas Keenan pergi. Sebelum kita berdua berontak dan saling benci. Atau bersama-sama cuma karena menghargai."
Sebuah pahatan kayu sebesar genggaman tangan ia selipkan kembali ke genggaman sang pembuatnya. Pahatan berbentuk hati dengan relief gelombang air. Sesuatu yang pernah ia begitu dambakan, sesuatu yang pernah ia minta dan akhirnya diberikan. Namun, Luhde sadar kini, yang bisa ia miliki hanyalah pahatan kayu berbentuk hati. Bukan hati yang sebenarnya. Sementara yang sesungguhnya ia damba bukanlah pahatan itu, melainkan sesuatu yang tidak pernah bisa ia miliki seutuhnya.
"Hati tidak pernah memilih. Hati dipilih. Jadi, kalau Keenan bilang, Keenan telah memilih saya, selamanya Keenan tidak akan pernah tulus mencintai saya. Karena hati tidak perlu memilih. Ia akan selalu tahu ke mana harus berlabuh." (pg. 429-430)
I hope u all enjoy this book... nice and easy book.
Best...
Komentar
Posting Komentar