Ksatria, Pangeran, & Putri: A "Slice of Life" (2nd Eps.)



Mengapa kita bertemu, bila akhirnya dipisahkan
Mengapa kita berjumpa, tapi akhirnya dijauhkan
Kau bilang hatimu aku, nyatanya bukan untuk aku

Bintang di langit nan indah, di manakah cinta yang dulu
Masihkah aku di sana, di relung hati dan mimpimu
Andaikan engkau di sini... Andaikan tetap denganku

Aku hancur dan ku terluka, namun engkaulah nafasku
Kau cintaku, meski aku bukan di benakmu lagi
Dan ku beruntung sempat memilikimu

Engkau mengatakan merindukan diriku lagi
Ingin kusampaikan ku tak hanya sekedar rindu

Yovie & Nuno -- Sempat Memiliki
==========================================

Masih ingatkah kau pada kisah pangeran, puteri, dan ksatria perempuan?

Kisahnya usai... seperti yang diramalkan.
Ternyata tak perlu jadi Marlin untuk tahu apa yang akan terjadi pada kisah cinta mereka.

Sang ksatria perempuan menutup buku cintanya kepada sang pangeran...
hanya berharap bahwa di mana pun dia berada saat ini, dia akan selalu dilimpahi kebahagiaan.
Ia berharap bahwa kekasih jiwanya akan selalu menemukan cinta terbaik yang memang tersedia untuknya.

Ada yang harus diperjuangkan, ada yang harus dipertahankan... tapi juga ada yang harus direlakan.
Ia sudah memperjuangkan cintanya, ia mempertahankan cintanya... tapi juga sekaligus merelakannya.
Karena cinta hanya berlaku untuk dua orang... baru berlaku "atas nama cinta" kalau berdasar pada azas simbiosis mutualisme... disepakati bersama, dijalani bersama, dan dinikmati bersama... a.k.a everybody's happy.

Sang ksatria perempuan berkelana sendiri... ia sudah berjalan sangat jauh. Pucuk kastil sang pangeran sudah tak lagi tampak dari tempatnya berpijak saat ini. Tapi berdasar google.map nya, ia tahu, ia tak pernah terlalu jauh pergi.

Jarak itu hanya ia buat di hatinya... demi meluruskan apa yang sudah dipilih oleh pangerannya.
Ia sangat mengerti dan paham, bahwa "pergi" adalah pilihan yang terbaik yang bisa ia lakukan.
Ia takkan pernah kembali ke negeri itu... tidak akan pernah membiarkan kontaknya "secara tak sengaja" tertekan dan dial. Tidak! Tidak akan ada kemungkinan semacam itu dalam kamusnya.

Cinta itu simbiosis mutualisme. Hasil kesepakatan bersama... hasil rembukan yang damai dan memikirkan yang terbaik demi satu sama lain. Egoisme takkan pernah jadi nama tengah cinta.

Dan hasil dari mufakat diam mereka... ksatria dan pangeran... adalah berpisah. Demi kebaikan bersama.

Dan saat ini, sang ksatria menatap smart-phone-nya. Papirus sudah langka di jaman ini.
Jadi ia menulis di work-sheet yang tersedia di smart-phone seharga motor bekas itu.
Yah, ia memilih membeli smart-phone, instead of buy a new horse... or at least motor bekas... untuk menggantikan sahabat terbaiknya, kuda setianya, yang tewas di kastil pangeran, demi memperjuangkan cinta yang berakhir ini.

Mungkin itu adalah pilihan bijak. Karena benda berbicara, menyanyi, mengabadikan gambar, dan menulis ini... mampu menjadi dayang pengisi kesepian hatinya. At least, benda mahal ini bisa membawa Yovie & Nuno masuk ke tenda sempitnya dan bernyanyi untuknya, dan menjaga kewarasannya.

Ia menulis...
Cinta itu masih ada? 
Masih, karena aku memang tak menginginkannya tiada.
Tiada peduli bahwa ia tak lagi berbalas. 
Itu bukan urusanku.
Dan juga bukan urusanku untuk tahu apa yang kutahu. 
Juga bukan urusanku untuk tahu isi hatimu saat ini.

Cinta itu memang takkan tiada
Karena ia akan selalu kuingat sebagai pelajaran
Bahwa cinta bukan komoditas otak
Otak bisa di brain-wash...
                         dan detergen otak sudah dijual bebas di supermarket terdekat.
Cinta adalah produk hati
          tidak akan benar-benar ada, sekaligus tidak akan pernah benar-benar tiada
Dia ada dan tiada bila ia memang mau...
          seiring dengan waktu...
          dan sama halnya dengan cinta, waktu bukan lah komoditas otak
          logaritma tak pernah bisa menghitung kapasitas dan massa waktu...
          bahkan dalam kuantumnya.

Jadi daripada berjuang menghilangkan sesuatu yang dunia saja tak bisa mengukur kapan masanya...
untuk apa aku harus bersusah payah
membanting tulang
menangis meraung-raung
dan memohon
agar lupa
agar hilang
agar tiada

Dia akan ada, selama ia memilih ada...
Dia akan tiada, ketika ia merasa sudah tiada...
Dia akan terlupakan, ketika hidup mengisi otaknya dengan lebih banyak hal lain yang menguras
Dia akan hilang, bila memang ada yang mencuri
Tapi selama proses itu...

Aku akan mawas diri dengan keadaan
Aku tidak akan pernah menyesali masa
Tidak juga berniat untuk mengutuk dan menyalahkan
Lagipun tak ada yang bisa dikutuk dan disalahkan

Dan kini...
Pangeranku...
Selamat berbahagia...

Aku sudah bosan jatuh dan terluka dalam keadaan
Aku tak lagi peduli dengan pikiran dan rasa negatif itu
Aku juga tak lagi peduli apakah kau masih menngingatku di sela helaan nafasmu...
tapi ya...
aku beruntung sempat memilikimu.

Ksatria menutup work-sheet-nya.
Memasukkan smart-phone-nya ke kantong pengembaranya.
Melipat tendanya, mematikan api unggunnya.
Lalu berlahan merapikan boots tingginya.
Perjalanan panjang menantinya.

Google.maps mengatakan bahwa puri sang pangeran ada di selatan tempat ia berdiri.
Ia menatap hamparan langit biru dengan hiasan gumpalan awan biru itu, tepat ke koordinat yang ditunjukkan mahluk sakti di peta digitalnya itu.

Selamat tinggal...

Ya, kuberuntung sempat memilikimu.
Kalau tidak, aku tidak akan pernah tahu bahwa aku sekuat ini.

Sang ksatria berbalik dan berjalan pergi... hingga menghilang di balik bukit. Telinganya sudah kembali tersumbat oleh suara merdu Dodi dan rekan-rekan Yovie & Nuno nya.


#Dipersembahkan untuk...
Yah, kurasa everybody knows who the hell is it!

Komentar

Postingan Populer