Bagimu yang...
Untukmu yang hatinya pernah terluka karena cinta, nikmatilah.
Karena luka itu memberikan padamu rasa, memberikanmu kekayaan bernama pengalaman.
Karena cinta memang tak selalu indah...
dalam salah dan benarnya, cinta itu menyakitkan.
Untukmu yang hatinya pernah terkhianati, maafkanlah.
Satu saat manusia bisa berbuat salah... dan salah memang nama tengah manusia.
Tapi bila itu terulang untuk kedua kalinya...
Ini bukan lagi soal "maaf", tapi ketidakmampuan menghargai cinta.
Untukmu yang hatinya pernah berpaling, kembalilah.
Karena tidak selamanya cinta yang baru seindah cinta yang lama.
Sepatu lama yang nyaman dengan kulitnya yang lembut adalah bagia dari proses panjang upaya untuk memahami lekuk kaki.
Sepatu baru yang tampak indah ada karena ia belum lama terpapar teriknya matahari-dinginnya hujan.
Untukmu yang tidak lagi mampu mencapai titik sepakat, belajarlah berempati.
Pandanglah sesuatu dari sudut pandang orang lain. Belajarlah untuk berempati dengan tulus ikhlas.
Dari sana kita bisa menimbang apakah kesepakatan tak tercapai karena kita terlalu sibuk dengan pandangan kita sendiri, atau karena ketidakmampuan kita memahami satu sama lain.
Karena, sungguh! Tak selalu ada "salah" dan "benar" dalam antologi berfikir dan merasa manusia.
Untukmu yang sendiri, berbahagialah.
Karena kesendirian itu ada karena satu alasan.
Tuhan sedang mempersiapkan yang terbaik untukmu, agar kau tak merasa sesal.
Tapi bila kesendirian itu berlangsung hingga kau merasa tak lagi mampu untuk sendiri, sadarilah...
Mungkin terlalu banyak pintu yang kau tutup dengan regulasi hatimu.
Jadi mulailah cerahkan dirimu, jangan menilai, dan berasumsi... hanya lakukan yang terbaik.
Untukmu yang menyesali pernikahanmu, berkacalah.
Ia yang ada di sisimu adalah pria/wanita yang kau pilih untuk jadi pendamping hidupmu.
Waktu telah memberikan kesempatan bagi kalian untuk saling mematut dalam perjalanannya.
Salah-benarnya pilihanmu adalah bagian dari jalan hidupmu.
Jadi sebelum kau memutuskan untuk meninggalkannya, berkacalah pada dirimu sendiri... apakah kau juga sudah memberikan yang terbaik untuknya? Atau memang selama ini kalian sudah lupa saling memberi dan menerima.
Untukmu yang sedang bahagia, bagilah.
Kebahagiaanmu adalah pandar kehidupan yang bisa jadi mampu menerangi hidup orang lain yang gulita.
Berbahagialah bersama orang terdekatmu, sahabatmu, kawanmu, orangtuamu...
Karena kebahagiaan itu akan kian nyata dan jamak bila dirasakan bersama.
Untukmu yang sedang berduka, bagilah.
Kesedihanmu adalah wacana untukmu mendekatkan diri kepada orang terdekat, sahabat, orangtua...
Bagi sedih dan airmatamu, bukan untuk menjamakkan keadaan, namun karena kita manusia...
Berbagi bahu, memberikan dukungan, menangis bersama, dan jujur pada orang lain adalah bagian dari kemampuan sosial manusia.
Jangan berlarut di dalamnya, lihatlah kesedihan itu sebagai diktat pembelajaran.
Seiring dengan bercerita dan mendengar cerita, kau akan memahami bahwa tak ada masalah yang terlalu sulit untuk dihadapi... dan selalu ada masalah orang lain yang lebih berat daripada masalahmu.
Bagimu...
Berbahagialah dalam duka, berempatilah dalam bahagia.
Berkacalah pada hati kita, sebelum berfikir untuk menyakiti atau melakukan sesuatu yang berpotensi menyakiti orang lain.
Apabila niat luhur saja bisa disalahartikan, bagaimana dengan sesuatu yang sejak awal sudah disadari akan berpotensi menyakiti orang lain.
Hiduplah dalam hidup...
Carpe diem...
Komentar
Posting Komentar