Sebuah Memoar untuk Mu, Sahabat Terbaik
There are things we don't want to happen but have to accept.
Things we don't wan't to know but have to learn.
And people we can't live without but have to let go.
Things we don't wan't to know but have to learn.
And people we can't live without but have to let go.
Chandra Sally (28 Februari 1981-24 April 2014)
Hari itu, pagi itu... menjelang pukul 2 pagi, SMSku berdering. Entah kenapa malam ini aku tak juga bisa memejamkan mata & SMS itu bisa kudeteksi sebegai berita yang selalu kodoakan tidak akan pernah ada. Berita mengenai berpulangnya sahabat terbaikku, Chandra Sally, di usianya yang baru saja beranjak ke 33 belum genap 2 bulan lalu.
Aku hanya diam tanpa kata, tanpa tindakan untuk beberapa saat... hanya memandang kaku layar telpon genggamku yang buram. Tidak ada air mata yang tumpah seperti yang kukira. Sampai akhirnya kuputuskan membangunkan suamiku & memberitahu kabar itu, ia bangun dan kemudian berdoa sejenak... lalu berbicara panjang. Tak 1 pun kata-katanya melekat di ingatanku. Tanganku sibuk mengirim berita melalui SMS, tak sopan rasanya menelpon siapapun di jam 2 dini hari. Lalu kemudian memutuskan melanjutkan program 'lek-lek-an' ini sampai pagi.
Jam 2 sampai pagi adalah waktu terpanjang dalam ingatanku... kuhabiskan waktu dengan berdoa sambil meyakinkan diri bahwa ini adalah cara terindah Allah, SWT mencintaimu, Chan. Bahwa ini adalah akhir dari penderitaan panjang di-bully oleh jarum infus, selang-selang yang tertancap di tubuhmu, aneka tindakan medis yang menyakitkan. Bahwa ini adalah titik di mana kau tak perlu lagi berjuang melawan tubuhmu sendiri -- melawan alam. Bahwa ini juga cara Allah, SWT melepaskanmu dari beban pikiran akan biaya yang harus kau tanggung setelah ini... biarkan ini jadi urusan kami yang masih di dunia. Ini juga cara Allah, SWT melindungimu dari sakit di kemudian hari yang bisa lebih menyakitkan dari ini.
Lalu kututup doa dan pengejawantahanku pagi itu dengan janji bahwa aku sudah ikhlas melepas kepergianmu... dan janji bahwa aku tak kan lagi meratapi kepergianmu. Bila beberapa hari setelahnya (atau minggu... atau bulan... atau tahun...) masih kau dapati aku menangis karena mengenang-Mu... kupastikan bahwa itu bukan karena duka, tapi lebih karena rindu yang akan sulit pupus.
Hari Jumat, terakhir kali kupandang wajahmu di UPI Carolus, tertidur dengan nafas tersengal, disusul oleh airmata Mamamu yang berusaha setengah mati ia sembunyikan... lalu curhatnya yang berderai air mata di luar UPI setelah jam besuk usai... mengubah doa panjangku untuk Sang Khalik.
I'm done saying "hold-on... keep your faith," Chan. Semua orang yang pernah menjengukmu pasca operasi ketiga pasti sudah menyadari besarnya perjuanganmu untuk hidup, besarnya keinginanmu untuk bertahan hidup demi kami... yang seutuhnya kusadari dibayar dengan rasa sakit yang luar biasa.
Jadi, Chan... sepulang dari Carolus, kukatakan pada Allah, SWT... aku mungkin pernah begitu lama egois memintamu terus bertahan untuk alasan-alasan duniawi (yang lebih banyak kucari-cari dan kupaksakan), dan aku ingin berhenti bersikap such a jerk like that. Jadi Allah, berikan yang terbaik bagi Chandra... hari ini dan ke depannya. Karena hanya Kau yang tahu masa depan manusia. Bila memang yang terbaik untuknya adalah pergi ke pangkuan-Mu. Maka segerakanlah bantu ia menyelesaikan urusannya yang belum selesai dan lepaskan ia dari deritanya. Aku mungkin akan ditempeleng bolak-balik sama Mas Gun, Mama & Papamu kalau tahu isi doaku ini... tapi besar inginku juga untuk tak berdoa begini.
Itulah sebabnya mungkin Kamis pagi ini... air mataku tak jua mengalir... atau bisa jadi juga karena kesedihan yang terlalu mendalam. Aku tak pernah tahu & tak butuh tahu. Yang aku tahu bahwa inilah garis takdir yang sudah Allah, SWT pilihkan sebagai yang terbaik... tinggal diterima saja dengan ikhlas.
Ingatanku kembali pada semua masa kebersamaan kita. Indomie rebus keju dan ice lemon tea (es sedikit) di markas takkan terasa sama lagi. Duduk di pojokan atas Cafe XXI Bekasi sambil nonton Om Blake Shalton nyanyi tidak akan kulakukan lagi (karena tidak perlu lagi duduk di atas). Nyanyi "Accidentally in Love" sambil jingkrak-jingkrak di karaoke tidak akan seseru dulu lagi. Nasi goreng & chick drum stick Texas, tidak akan lagi kumakan tiap minggu. Chazini bakery pasti kehilangan pelanggan tetapnya yang suka minum ice lemon tea dan pastel, tapi numpang nongkrong berjam-jam di atas. Tidak ada lagi acara menemani bolak-balik ganti baterai jam di Senen, atau sekedar cari bros di pasar batu.
Oh, klo kuteruskan blog ini akan error & aku sendiri akan hilang akal sibuk kucek-kucek mata.
So, dear Chandra... this is a memoar for you...
Bagiku pribadi, bila ada urutan orang yang akan paling kehilangan dirimu setelah keluargamu... aku ingin mengajukan diri di urutan teratas. Sesederhana alasan tiada lagi bunyi telpon absen 2 hari sekali... yang dulu kerap dengan durhaka tak kuangkat karena berbagai alasan paling klise di dunia. Tiada lagi motor BEAT merah yang nongkrong di depan rumah dengan niatan menculik 1-2 jam untuk sekedar melepas rindu. Tidak ada lagi SMS-SMS ajaib yang kerap g kenal titik, koma, dan tanda baca lainnya... dan lebih dari itu aku setengah mati berjuang mencari pengganti ember bocor tipisku yang hilang.
Kau adalah sahabat terbaik yang pernah ku punya, dalam aneka lebih dan kurangnya. Pelita kecil dalam gulita, tempat saling mengisi, ceritakan masalahmu ketika tak usah orang tahu... sahabat penuh suka dan duka.
Di tanganmu, semua rahasia terkelamku aman... dan kau simpan tanpa cela hingga tutup usia.
Sebagai manusia, tiada yang dapat menandingi kemurahan hatimu... pasti ini bukan rahasia lagi.
Chandra yang kukenal benar adalah sosok yang mungkin melakukan hal yang paling tidak mungkin, mulai dari yang benar sampai agak nakal sedikit... tapi 1 yang pasti.... bila itu dijalan kebaikan, ia mengajak serta semua sahabatnya. Tapi bila ia merasa bahwa tindakannya tidak terlalu benar, maka ia lakukan sendiri... dan tidak akan pernah mengizinkan temannya untuk ikut-ikutan.
Chandra yang dewasa adalah Chandra yang sudah tahu menetapkan diri... ia tak lagi ingin berkawan dengan hal-hal yang ia anggap sebagai pengaruh buruk. Kadang ini dilakukannya dengan sangat ekstrim dan membuat beberapa orang menilai ia berlebihan. Tapi tidak! Dia cuma tegas.
Chandra dewasa juga bisa menempatkan diri, kapan saatnya main, serius, sersan, GILA. Ada batas jelas diantara semuanya yang tidak akan dia campurkan lagi seenaknya. Ia begitu anggun, tenang, cerdas di kantor... dan ketika pulang, ia menjadi pribadi yang cair, apa adanya, cenderung selebor... tapi tetap HIGIENIS ada di atas segalanya :))
Di atas segala sifat itu... ia mungkin bukan type full time mommy, tapi dia sayang Kenzie sepenuh hati. Ia mungkin bukan ibu rumah tangga yang hebat, tapi dia bisa masak full set meal untuk keluarganya. Ia mungkin kerap keras bicara, tapi ia sayang sekali pada Mamanya. Dan di atas semua itu, Chandra is Papa lil daughter, si Om adalah tauladan dan cinta utamanya.
Siapapun bisa saja salah mengenali karakter Chandra karena pemilihan katanya, tapi percayalah... she's a nice woman, with a big-big heart.
Di akhir memoar (yang akan terus bersambung) ini... kuselipkan doaku untuk Sang Kuasa mencari referensi. Ya Allah, berikan tempat terindah di sisi-Mu untuk Chandra. Lapangkan kuburnya, mudahkan perjalanannya. Ia telah berbuat banyak kebaikan untuk manusia di sekitarnya, ini adalah kerugian besar untuk dunia karena ia telah tiada. Aku percaya Kau menyayangi ia melebihi rasa sayangku, dan aku yakin ia aman di sana... karena semua amal-perbuatannya di dunia.
Selamat jalan sahabat... jasadmu mungkin tiada... tapi kau akan selalu hidup dalam hati kami... dalam setiap langkah kami. Hingga saatnya tiba, kita akan bersua lagi di sisi-Nya.
Komentar
Posting Komentar