Forgiven... Forgotten

"Cinta yang sejati tidak pernah mencari kebahagiaan diri sendiri, tanpa membahagiakan yang dicintainya. Apa pun yang diakui sebagai cinta, tapi yang menyebabkan kesedihan pada orang yang katanya dicintai, adalah kepalsuan. Dan kepalsuan yang bertopeng cinta, adalah parasit yang menghirup kering sari-sari kemudaan dan keindahan hidup dari jiwa-jiwa baik yang polos dan tak berperlindungan. Cinta hanya berbahagia jika yang dicintainya berbahagia. Maka resapkanlah ini di hatimu, bahwa Cinta tidak melukai. Jika melukai, pasti itu bukan cinta."
Mario Teguh.

Ada dua cara melalui kesedihan setelah berpisah dengan seseorang, take the high-road or... just an ordinary road.

Time will heal your pain... bukan karena waktu itu sangat sakti... tapi karena waktu memberikan kesempatan bagi kita untuk menghadapi kesedihan itu. 



Umumnya, manusia selalu percaya dengan kata, "forgiven and forgotten"...
Kadang kata "and" tersebut diganti dengan kata "but not", seperti salah satu judul lagu milik band favorit saya, The Corrs. Seakan kata maaf selalu lekat dengan melupakan... dan inilah yang saya maksud dengan ordinary road.

Cara paling mudah untuk menyembuhkan luka adalah memaafkan dan melupakan... dan cara paling mudah untuk melupakan adalah menyisakan kenangan buruk yang berkuasa di hati dan pikiran. Membuat kita pada akhirnya bisa berkata, "tidak apa-apa... dia lah yang merugi. Gak papa, dia memang tidak laik mendapatkan gue. No probs, dia emang menyebalkan, jadi mana mungkin bisa dapat pasangan yang baik." Lalu yang kita lakukan selanjutnya adalah mengenang bagian terburuk saja dari kisah cinta yang terkapar itu.

Yah, pada akhirnya kita memang "memaafkan" dan "melupakan"... tapi dengan amarah.
Cara ini memang relatif mudah dan relatif jamak dilakukan, karena sakitnya kehilangan orang tercinta memang kadang lebih sakit daripada sakit gigi (kata Megie Z). Dan bila memang ada shortcut untuk mengatasi kepedihan itu, maka biasanya itulah pilihan yang pada akhirnya diambil.

Saya tidak berhak menghakimi bahwa cara itu salah... manusia bernegosiasi dengan emosinya melalui banyak cara... dan tidak akan ada yang berhak mengatakan bahwa caranya salah.

Saya cuma ingin mengajak untuk mengambil jalan memutar, take the high-road dalam mengatasi kepedihan karena cinta. Kenapa saya katakan "high-road"? Karena memang lebih sulit dijalani... dan lebih lama prosesnya.

Saya mencoba memahami dengan banyak cara, bahwa ada kalanya dalam cinta, tidak semua cinta harus berakhir seperti yang kita harapkan, tidak selalu berakhir seindah kisah Beauty & The Beast atau Cinderella dan sang pangeran. Banyak cinta di luar sana yang pada akhirnya tercecer di tengah jalan dan berakhir dengan air mata derita, sekalipun tidak seironis kisah "Romeo & Juliet".

Sebagai referensi patah hati yang ingin saya banggakan adalah kisah Pip dan Estella dalam karya terkenal Charles Dickens, Great Expectations. Sekalipun novel maupun filmnya bisa dikatakan memiliki plot yang membosankan, namun kisahnya sangat realistis dan dengan berbangga saya katakan, Pip took the high-road!

Dibanding mengenang Estella dan pilihannya untuk meninggalkan cinta mereka dengan cara yang negatif, Pip memilih mengenang kekasihnya yang congkak itu dalam keindahannya. Dibanding mengenang bagaimana akhir kisah cinta mereka yang menyayat, Pip lebih memilih untuk mengenang betapa manisnya kisah cinta mereka, dan dibanding menghapus bayangan Estella... Pip memilih menjadikannya sebagai sahabat yang takkan pernah bisa ia lihat dan dengar lagi.
"When suffering has been stronger than all other teaching & has taught me to understand wwhat your heart used to be. I have been bent & broken, but -I hope- into a better shape, be as considerate & good to me as you were, and tell me we are friends" (Charles Dickens-Great Expectations pg.last)
Bahkan hingga pada akhirnya Pip dapat menerima dan mengikhlaskan Estella... ia tak pernah mendendam kepada gadis pujaannya itu.
"Although I had lost her & must live a bereaved life, whatever concerned her was still nearer & dearer to me then anything else in the world."
(Charles Dickens-Great Expectations pg. 35)
Apakah mudah jadi Pip? (n_n)
Saya berani menjamin tidak!
Karena cara ini membutuhkan kesungguhan dan keikhlasan yang luar biasa.
Bila kita mengenang sisi terindah dari orang yang kita kasihi, kadang kita terjebak dalam penyesalan... bukan kerelaan.
Tapi jangan salah! Memang itulah prosesnya...
Kendala dikemudian hari adalah pada akhirnya kita tergoda untuk berfikir bagian yang buruk...
Itu juga prosesnya...

Hingga tiba saatnya, kita bisa memahami dan menerima itu sebagai bagian dari kenyataan.
Cinta di mana pun membutuhkan dua orang... karena dua orang, cinta tak bisa bersanding dengan sifat egois.
Maka saya akan mengembalikan cara pikir Anda pada buah pikir pak Mario Teguh di atas.
Cinta sejatinya memberikan yang terbaik, melebihi cinta itu sendiri... mengizinkan pasangan kita menemukan yang terbaik bagi dirinya.
Percayalah, bila memang Anda yang terbaik baginya, maka takdir juga yang akan mengembalikan ia ke sisi Anda.
Karena setiap rencana Tuhan itu sudah terskenario dengan sangat baik... dan setiap hasilnya adalah karya terindah yang Ia bingkiskan untuk Anda.

Sekarang semua terserah Anda, wanna take the high-road or ordinary road. 
Karena bila Anda memang mencintainya, Anda pasti menginginkan ia bahagia, apapun caranya.

Komentar

Postingan Populer